Sri Mulyani Sebut Corona Lebih Rumit dari Krisis 2008

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan persoalan virus corona lebih kompleks ketimbang krisis ekonomi pada 2008 silam. Hal ini karena wabah virus corona langsung berdampak pada psikologis dan kesehatan manusia, hingga sektor riil.

“Karena ini menyangkut manusia. Harus diberikan ketenangan dulu apa yang disebut dengan ancaman atau risiko terhadap mereka,” ucap Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (5/3).

Sri Mulyani bilang virus corona memberikan ancaman langsung kepada masyarakat dari sisi kesehatan dan keselamatan mereka. Sementara, risiko dari krisis keuangan 2008 silam lebih menyasar ke sektor keuangan dan korporasi.

“Kalau dulu kan melalui lembaga keuangan, korporasi jatuh, lalu pemutusan hubungan kerja (PHK) paling. Kalau ini langsung orang menjadi sakit, jadi nature-nya lebih dalam karena masyarakat tiba-tiba menjadi setengah lumpuhlah,” ungkap Sri Mulyani.

Selain itu, ada beberapa sekolah yang ditutup karena persoalan virus corona dan terdapat kantor yang mengizinkan pegawai bekerja dari rumah. Situasi ini, kata Sri Mulyani, akan membuat suatu kota lumpuh.

“Jadi lebih rumit (virus corona dibandingkan krisis keuangan 2008),” imbuh Sri Mulyani.

Sementara, sektor riil sendiri terdampak karena banyak masyarakat yang takut untuk beraktivitas. Sebagian aktivitas produksi perusahaan pun rentan dihentikan seperti yang terjadi di China saat ini.

“Jadi ini yang menjadi risikonya ke masalah sektor riil, kemungkinan ada pengangguran karena perusahaan-perusahaan yang tidak mendapatkan aktivitas yang cukup,” katanya.

Maka itu, Sri Mulyani bilang pemerintah perlu mengurangi dampak terhadap sektor riil dengan insentif fiskal yang diberikan. Sejauh ini, pemerintah telah menggelontorkan insentif sekitar Rp10,3 triliun pada awal bulan ini.

Insentif itu diberikan untuk sektor pariwisata, kartu prakerja, kartu sembako, dan relaksasi pajak untuk sektor hotel dan restoran. Saat ini, Sri Mulyani bilang pemerintah masih menghitung total insentif yang akan dikucurkan ke depannya.

“Jadi ini bentuk bantuan dan insentif harus dibentuk berdasarkan kebutuhan. Kami sedang hitung dan rancang ini,” ucap Sri Mulyani.

Kendati demikian, ia enggan menyebut potensi insentif yang akan digelontorkan untuk meminimalkan dampak virus corona terhadap ekonomi domestik.

Sri Mulyani juga tak memberikan kepastian apakah jumlah insentif akan sama seperti saat krisis keuangan 2008 silam yang mencapai Rp73 triliun. “Kami akan lihat dulu,” pungkas Sri Mulyani. (mb/cnn indonesia)

Pos terkait