Komisi I DPRD Babel : Keberadaan Berkah Mart Belum Mampu Dongrak Perekonomian

Pangkalpinang, Detakbabelnews.com – Keberadaan Berkah Mart khususnya di Kabupaten Bangka Tengah selama tahun 2018 hingga 2019 mengalami kegagalan.

Demikian disampaikan wakil Ketua Komisi I DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Algafry Rahman. Menurutnya penilaian tersebut  berdasarkan data yang diterimanya saat turun ke lapangan dan menggali informasi dari Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dinsos dan PMD) kabupaten Bangka Tengah.

“Nggak tercapai yang namanya menumbuhkan perekonomian masyarakat. Saya sudah lihat dan sudah memastikan, rasa sedih dan miris,” kata Anggota Dewan Dapil Bangka Tengah ini saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama pihak eksekutif di ruang banmus DPRD Babel, Senin (4/5).

Oleh karena itu, ia mempertanyakan, apakah ada evaluasi dan monitoring yang dilakukan oleh Pemprov Babel melalui Badan Keuangan Daerah (Bakeuda), ketika bantuan sebesar Rp100 juta diberikan ke setiap Berkah Mart yang tersebar di enam kabupaten.

Adapun perincian bantuan Rp100 juta tersebut yakni, Rp60 juta untuk pembelian barang-barang dagangan yang telah disalurkan ke BUMD, Rp30 juta untuk pengadaan aset seperti rak dagangan, dan lain-lain, serta Rp10 juta untuk aset seperti pengadaan laptop, mesin kasir, dan lainnya.

“Padahal faktanya di lapangan, contohnya di Bangka Tengah itu, hanya satu Berkah Mart di Bukit Kijang yang nafasnya sudah agak segar (masih bertahan-red),” ujarnya.

Selain itu, ia mengungkapkan, BUMD yang menjalin perjanjian kerjasama dengan Berkah Mart, sering mendistribusikan barang-barang dagangan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa setempat.

“Sebagai contoh saya datang ke Berkah Mart di Desa Nibung, jadi ada perjanjian kerjasama dengan BUMD, mau barang itu, barang ini sudah diberikan uangnya, tetapi yang datangnya itu tidak sesuai dengan permintaan, minta beras dikasihnya minuman susu, kemudian minta minyak goreng, dikirimnya air minum mineral,” bebernya.

“Barang-barang ini bisa saya buktikan, foto-fotonya ada, bayangkan mereka (pihak Berkah Mart) “dipaksa” untuk menjual susu kemasan yang menurut mereka nggak perlu dijual di daerah itu, saking banyaknya barang itu dikirim, susu kemasan itu sampai kadaluarsa,” timpalnya.

Lebih lanjut, disampaikan dia, banyak Berkah Mart di daerah lainnya yang tutup akibat dari peraturan-peraturan yang ada sehingga para pengelola Berkah Mart menjadi takut dan bingung karena tidak dapat bergerak secara leluasa.

“Ini hal yang sangat mengerikan menurut saya, uang bantuan yang seharusnya dapat dimanfaatkan secara betul, akhirnya jadi mubazir, dan rata-rata semua Berkah Mart yang sudah jalan saat ini, sudah mulai berpikir, bagaimana mengambil uang 60 juta itu segera mungkin supaya tidak terikat lagi dengan BUMD itu,” ungkapnya.

Oleh karenanya, menurut dia, seharusnya BUMD ikut membantu memajukan Berkah Mart untuk menjadi distributor tunggal di setiap desa, sehingga toko-toko kecil yang ada disekitar dapat mengambil atau membeli barang dagangan hanya di Berkah Mart.

“BUMD bantu mereka (Berkah Mart-red) agar menjadi distributor tunggal yang kuat, namun tidak demikian adanya, mereka harus “berantem” dulu dengan BUMD baru dapat, teriak-teriak, memohon-mohon baru bisa dapat, karena duit bantuannya sudah masuk kesitu,” sesalnya.

“Sampai-sampai di tahun 2018, BUMD, masih ada hutang dengan Berkah Mart, bayangkan, jadi ini harus jadi evaluasi kita bersama, saya yakin 67 Berkah Mart yang masih kerjasama dengan BUMD itu nasibnya sekarang sudah sangat kritis, kasihan sekali mereka,” tandasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *