Ini Cerita Megawati Tentang Ledakan Granat Cikini yang Bidik Bung Karno

Tokyo – Pelemparan granat kepada Sukarno di Sekolah Perguruan Cikini (Percik) pada 30 November 1957 silam masuk dalam catatan sejarah percobaan pembunuhan ke Presiden pertama RI. Ketika itu suasana meriah perayaan HUT Percik mendadak menjadi hari kelam. Megawati Soekarnoputri yang saat itu masih sekolah dasar (SD) ada di lokasi kejadian.

Kehadiran Bung Karno pada 63 tahun lalu itu bukan sekadar sebagai orangtua Guntur Soekarno dan Megawati yang sekolah di sana, tetapi juga atas undangan khusus dari Kepala Percik.

Bendahara Umum Yayasan Percik Amendi Nasution yang juga rekan sekolah Megawati menceritakan momen ‘berdarah’ itu. Amendi menuturkan, saat itu perayaan HUT Percik sedang berlangsung meriah.

Ketika itu Amendi dan Megawati masih duduk di bangku kelas 5 SD. Megawati berada di dalam sekolah, sementara Amendi sudah di luar menunggu Bung Karno meninggalkan lokasi.

Amendi yang sedang menunggu rombongan Bung Karno di luar sekolah tiba-tiba dikagetkan dengan suara ledakan. Awalnya, dia mengira bunyi ledakan tersebut sebagai sambutan akhir untuk Bung Karno.

“Kebetulan saya parkir persis di depan sekolah seberangnya, jadi waktu kita lagi itu, tahu-tahu, beeerrr (meledak). Itu kan granat kayak kembang api, saya pikir itu sambutan Sukarno pulang, nggak tahunya ada kejadian,” kata Amendi saat berbincang di Trunk Hotel, Shibuya, Tokyo, Jepang, Selasa (7/1/2020).

Mobil yang ditumpanginya itu juga didatangi oleh para korban yang mengalami luka-luka. Amendi mengingat, setidaknya ada 20 orang meninggal dunia dan ratusan orang terluka dalam peristiwa tersebut.

“Jadi pas Bung Karno keluar itu dilempar granat itu ada lima kali,” ujarnya.

Amendi yang sempat menjabat anggota Tim Dokter Kepresidenan era Megawati itu lalu menceritakan momen Megawati yang selamat dari lemparan granat di HUT Percik pada 63 tahun lalu tersebut. Saat itu, kata Amendi, Megawati dievakuasi ke kolong meja.

“Masih SD kelas 5 kurang lebih. Bu Mega dulu waktu granat didorong sama pengawalnya ngumpet di bawah meja sekolah, di belakang lemari jadi tiap kelas ada lemari terus didorong mejanya di belakang lemari suruh ngumpet di bawah,” paparnya.

Gedung Sekolah Percik akan Diubah

Yayasan Perguruan Cikini saat ini sedang menjalankan proyek untuk merelokasi sekolah yang ada kawasan Menteng, Jakarta Pusat itu. Gedung sekolah Percik di Cikini akan diubah menjadi gedung memoriabilia peristiwa ledakan granat.

Sementara sekolahnya dipindah ke gedung yang berada di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan. Ketua Dewan Pembina Yayasan Percik Megawati Soekarnoputri ingin gedung lama sekolah Percik menjadi titik sejarah.

“Harus ada satu ruang khusus untuk semacam memorabilia Peristiwa Cikini,” tutur Amendi menyampaikan pesan Megawati.

Dalam proyek pembangunan ini, Yayasan Percik akan bekerja sama dengan KAMARQ. Nantinya gedung yang lama akan dirobohkan menjadi co-working space dan gedung memorabilia.

“Jadi nanti di bekas Sekolah Percik akan dibangun semacam co-working space serta fasilitas lain yang ramah lingkungan. Masa waktu kerja samanya tiga puluh tahun,” ucap Amendi.

Founder/CEO KAMARQ, Naoki Wada menambahkan, pembangunan gedung Percik akan berbasis internet of thing (Iot). Dia mengaku senang bisa terlibat dalam proyek pembangunan sekolah Percik.

“Saya pindah ke Indonesia pada 2008. Saya orang Jepang, tetapi saya mau berterima kasih pada Indonesia,” ucapnya.

Naoki menjelaskan pernah menjadi anak jalanan di Jepang. Saat berusia 15 tahun, pria kelahiran Oktober 1980 itu memilih meninggalkan bangku sekolah.

“Guru dan saya tidak ada rasa saling percaya. Di sini pendidikan seperti pemaksaan,” katanya.

Pada usia 18 tahun, Naoki mulai berwirausaha. Selanjutnya dia pindah ke Indonesia pada 2008 untuk menempati jabatan CEO PT Matsuzawa Pelita Furniture Indonesia.

“Saat itu juga saya jatuh cinta pada Indonesia,” ucapnya.

Dia berterima kasih ke Indonesia lantaran merasa cocok dengan budaya di Tanah Air, khususnya pendidikan. Dia merasa kurang cocok dengan pendidikan di Indonesia.

“Akhirnya bisa ketemu kehidupan saya seperti apa. Makanya waktu saya dengar soal Cikini tepat sekali. Cita-cita saya mau buat seperti menciptakan kota tapi base-nya edukasi,” jelasnya. (mb/detik)

Pos terkait