Cara Penanganannya Berbeda, WHO Paparkan 4 Perbedaan Corona dan Flu

Jakarta – Di Indonesia, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sempat mengatakan angka kematian akibat flu lebih tinggi dibanding virus Corona. Kini, Dirjen Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus telah memaparkan perbandingan Corona dan influenza.

Terdros menyampaikan perbandingan antara COVID-19 dengan influenza pada forum briefing media di Jenewa, Swiss, Selasa (3/3/2020), yang diakses detikcom dari situs WHO, Rabu (4/3).

“Virus ini bukan influenza. Kita berada pada wilayah yang belum terpetakan,” kata Tedros.

COVID-19 dan influenza mengakibatkan penyakit pernapasan dan menyebar dengan cara yang sama, yakni lewat tetesan kecil atau cairan dari hidung dan mulut dari orang terjangkit.

“Meski begitu, ada beberapa perbedaan penting antara COVID-19 dan influenza,” kata Tedros.

Perbedaan pertama, COVID-19 memang menular, namun tidak seefektif influenza. Orang yang terinfeksi influenza namun belum sakit bisa menjadi penular virus. Namun orang yang terinfeksi COVID-19 tidak demikian. Ada kalanya korban COVID-19 juga tidak menunjukkan gejala mencolok seperti influenza.

“Bukti dari China, ada 1% kasus yang dilaporkan tidak disertai gejala-gejala, dan kebanyakan kasus menampakkan gejala-gejala dalam dua hari,” kata Tedros.

Perbedaan kedua, COVID-19 mengakibatkan lebih banyak penyakit parah ketimbang influenza musiman. Orang-orang saat ini sudah punya kekebalan tubuh terhadap influenza, namun COVID-19 adalah hal baru bagi tubuh penduduk bumi. Penduduk dunia masih rentan terhadap Corona jenis baru itu.

“Secara global, sekitar 3,4% kasus COVID-19 yang dilaporkan berakhir dengan kematian. Sebagai perbandingan, flu musiman secara umum membunuh kurang dari 1% dari orang yang terinfeksi,” kata Tedros.

Perbedaan ketiga, vaksin dan obat flu musiman sudah ditemukan, namun vaksin dan obat Corona belum ditemukan. Kini percobaan penyembuhan Corona tengah dilakukan. Sudah ada lebih dari 20 vaksin yang sedang dalam taraf pengembangan.

Perbedaan keempat, dunia belum berbicara tentang penanggulangan flu musiman. Namun dunia berbicara soal penanggulangan COVID-19. Otoritas kesehatan di berbagai negara tidak melakukan pelacakan penularan flu. Namun, untuk menyikapi COVID-19, negara perlu melakukan pelacakan kontak terhadap orang korban Corona karena itu dapat mencegah penularan lebih lanjut dan menyelamatkan nyawa.

“Kesimpulannya, COVID-19 menyebar kurang efisien ketimbang flu, penularan tidak dilakukan oleh orang yang tidak sakit, ini (Corona) bisa mengakibatkan sakit parah ketimbang flu, dan belum ada vaksin atau penyembuhan, dan ini bisa ditanggulangi. Inilah sebabnya kita harus melakukan apa pun yang kita mampu untuk menanggulanginya,” kata Tedros.

“Karena perbedaan-perbedaan di atas, maka kita tidak bisa memperlakukan COVID-19 seperti memperlakukan flu,” kata dia.

Sebelumnya, Menkes Terawan berbicara mengenai perbandingan virus Corona dan flu. Konteksnya adalah keheranan Terawan mengenai hebohnya publik terhadap Corona, padahal flu dinilainya lebih mematikan.

“Padahal flu batuk-pilek yang biasa terjadi pada kita itu angka kematiannya lebih tinggi daripada yang ini, Corona. Tapi kenapa ini bisa hebohnya luar biasa?” ujar Terawan di Kantor Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Senin (2/3).

Menkopolhukam Mahfud Md berbicara hal serupa, mengulang yang disampaikan Terawan bahwa flu lebih mematikan ketimbang Corona.

“Yang lebih banyak membunuh itu justru flu biasa daripada Corona itu. Itu menurut penjelasan Menteri Kesehatan. Oleh sebab itu, masalah teknis penanganan sekarang jangan bicara sendiri-sendiri, termasuk saya, saya hanya menyampaikan itu sudah terpusat,” jelas Mahfud di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (3/2). (mb/detik)

Pos terkait