Karantina Corona Dimulai, Warga Natuna Takut Keluar Rumah

Jakarta – Warga Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau menolak kegiatan observasi ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) yang dijemput dari Wuhan, China, Minggu (2/2), terkait penyebaran virus corona. Ratusan WNI itu akan menjalani observasi selama 14 hari.

Salah satu warga Natuna, Ropihudin menyebut warga mulai khawatir dengan keberadaan sekitar 238 WNI yang sudah ditempatkan di wilayah Pangkalan Udara (Lanud) TNI Raden Sadjad Ranai, Natuna.

“Yang jelas warga sudah mulai panik dan sebagian warga tidak berani keluar rumah. Berdiam diri saja di rumah, mau keluar takut,” kata Ropihudin kepada CNNIndonesia.com lewat sambungan telepon.

Ropihudin mengatakan bukan tanpa alasan warga takut dengan keberadaan ratusan WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China itu. Menurutnya, lokasi penempatan ratusan WNI itu hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari perumahan warga.

“Lokasi untuk itu sangat dekat dengan rumah penduduk, lebih kurang dua kilometer, tetapi kan yang disebutkan (pemerintah) lebih kurang enam kilometer,” ujarnya.

Selain jarak yang dekat dengan perumahan warga, kata Ropihudin, tidak ada fasilitas yang memadai di lokasi karantina dan observasi itu. Ia menyebut pemerintah baru melengkapi fasilitas ketika ingin mengevakuasi WNI dari Negeri Tirai Bambu itu.

“Mengapa harus di Natuna. Kan di Jakarta itu terdapat rumah sakit yang lebih memadahi alat-alatnya. Untuk di Natuna ini rumah sakitnya sangat sederhana,” tuturnya.

Oleh karena itu, Ropihudin mengatakan warga Natuna akan kembali menggelar aksi turun ke jalan besok, Senin 3 Februari. Menurutnya, warga akan menyampaikan aspirasi penolakan terhadap kegiatan karantina dan observasi ini di DPRD Kabupaten Natuna.

“Rencana besok pagi akan diadakan demo besar-besaran, dimulai jam 8 pagi di Kantor DPRD,” kata warga Kecamatan Pulau Laut itu.

Di sisi lain, Ropihudin ingin pemerintah memberikan masker yang sesuai dengan standar keamanan kepada warga. Pasalnya, saat ini warga baru menerima masker yang harganya hanya Rp10 ribu.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebut ada 238 WNI yang dijemput dari Wuhan, China. Ratusan WNI itu kini diobservasi di Natuna.

Awalnya, kata Terawan, pemerintah ingin menjemput 245 WNI di Wuhan. Namun, tak semuanya bisa ikut dalam rombongan.

Ada 4 WNI yang memilih untuk tinggal di Wuhan. Sementara itu, ada 3 WNI yang tak lolos uji pemeriksaan atau screening yang dilakukan pemerintah setempat. Ketiganya tak boleh keluar dari China.

Terawan mengatakan ada 238 yang berhasi diboyong pulang dari Wuhan. Mereka sempat mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam. Lalu diterbangkan kembali ke Pangkalan Udara TNI Raden Sadjad Ranai, Natuna pada Minggu (2/2).

Ratusan WNI tak boleh langsung pulang ke kampung halaman masing-masing. Mereka harus diobservasi selama dua pekan.

Sementara itu, masyarakat Natuna menolak langkah pemerintah yang memilih Natuna sebagai tempat observasi WNI dari Wuhan, China. Mereka sempat berunjuk rasa di depan Pangkalan Udara TNI Raden Sadjad Ranai.

Masyarakat setempat cemas virus corona menyebar di wilayahnya. Mengenai hal itu, Menko PMK Muhadjir Effendy menegaskan bahwa WNI dari Wuhan dalam kondisi sehat. Oleh karena itu, menurut Muhadjir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Kemenkes Jelaskan Cairan Penyemprot WNI

Warganet ramai membahas cairan yang disemprotkan ke warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan China yang dipulangkan akibat wabah virus Corona. Ada yang mengatakan itu alkohol, ada yang heran dengan langkah pembersihan itu.

Dari pemandangan pendaratan para WNI dari Wuhan China di Bandara Hang Nadim Batam, Minggu (2/2) kemarin, terlihat petugas menyemprotkan cairan ke para WNI yang turun dari tangga pesawat. Cairan itu berasal dari tabung yang digendong petugas berpakaian khusus warna kuning.

Ada tulisan di tabung itu cairan itu, bunyinya ‘alkohol’. Namun itu bukanlah alkohol untuk membuat orang mabuk. Itu adalah cairan disinfektan.

“Itu ngawur, itu bukan ‘alkohol’ itu yang ada tulisannya alkohol. Mana ada disemprot alkohol yang bikin mabuk? Itu pakai disinfektan,” kata Sekretaris Setditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto, kepada wartawan, Minggu (3/2/2020).

Disinfektan adalah bahan kimia (seperti lisol, kreolin) yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik, atau juga obat untuk membasmi kuman penyakit.

“Fungsinya mematikan bakteri dan virus yang menempel. Itu memang dibuat untuk manusia, untuk disemprotkan ke orang,” kata Achmad Yurianto. (mb/cnn indonesia/detik)

Pos terkait